Problematika Pelajar Milenial

Berbicara tentang pelajar pasti kita berpikir kaitannya dengan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, pelajar adalah aktor penting yang menjalankan peran utama dalam dunia pendidikan. Dengan semakin meningkatnya peran pelajar dalam dunia pendidikan, maka semakin bagus pula mutu dan kualitas pendidikan tersebut.

Pelajar sebagai generasi penerus bangsa sangat erat kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka tidak hanya harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, juga diharapkan memiliki kecakapan khusus, keahlian, dan keterampilan. Tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi, tak hanya mengandalkan bukti ijazah yang dimiliki oleh pelamar kerja.

Terdapat banyak fenomena menarik dewasa ini, salah satunya yang sedang ramai dibicarakan oleh publik adalah generasi milenial. Maraknya budaya global dan gaya hidup pop culture, fenomena ini dianggap sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak dapat dibendung. Salah satu proses penting dari globalisasi adalah melahirkan generasi gadget, istilah yang sering digunakan untuk menandakan lahirnya generasi milenial.
Pada dasarnya gadget lebih tepat didefinisikan sebagai “peralatan”, sehingga generasi gadget dimaksudkan dengan generasi yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari gadget, selalu bersinggungan dengan teknologi dan informasi.

Menurut pendapat para pakar disebutkan bahwa produksi teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Hal ini disebabkan oleh pergeseran perilaku yang turut berubah beriringan dengan teknologi. Produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi. Jumlah pelajar yang mengonsumsi layanan streaming video semakin banyak. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile lebih dari tiga jam per hari. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa perilaku pelajar generasi milenial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video secara daring.

Berkaitan dengan hal ini, perlu kita sikapi secara serius. Sinergi positif antara lembaga pendidikan dan keluarga harus terjalin dengan baik. Ketika pelajar berada di lingkungan sekolah, maka pihak sekolah yang ikut berperan aktif. Waktu terbanyak dihabiskan pelajar di rumah, maka peran serta orang tua harus lebih maksimal dalam mengawasi putra putrinya. Karena hal ini maka muncullah problematika pelajar generasi milenial dalam kehidupan sosialnya.

Pertama, gaya hidup yang berbahaya. Kehidupan dekat dengan dunia maya, memiliki pengetahuan tinggi dalam menggunakan perangkat mobile ini, ternyata memiliki dampak negatif bagi generasi internet. Dampak negatif berupa keamanan generasi milenial di dunia maya. Hal ini karena mereka dengan senang hati berbagi kata sandi yang berpotensi mengorbankan keamanan daring mereka. Selain itu, sekitar 90 persen menggunakan koneksi Wi-Fi publik. Namun, hanya 51 persen dari mereka yang mengetahui cara mengamankan jaringan tersebut. Sedangkan 36 persen dari responden yang menghubungkan perangkat mobile dengan jaringan Wi-Fi dengan menggunakan VPN secara regular.

Kedua, kecanduan handphone (HP). HP paling dekat dan sering digunakan oleh pelajar. Tak bisa dipungkiri bahwa HP tak bisa lepas dari kehidupan semua orang tak hanya pelajar. Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua menggunakan perangkat mobile ini di dunia. HP memang mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya di antaranya yaitu (1) mempermudah komunikasi. Misalnya saja ketika orang tua dan pihak keluarga akan menjemput anak ke sekolah/ selesai melakukan kegiatan di luar rumah, (2) menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi, dan (3) memperluas jaringan persahabatan.

Dampak negatifnya di antaranya yaitu (1) Mengganggu perkembangan anak, (2) Efek radiasi, penggunaan HP juga berakibat buruk bagi kesehatan maka ada baiknya siswa lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih HP, (3) Rawan terhadap tindak kejahatan, (4) Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa, (5) Pemborosan, dengan mempunyai HP maka pengeluaran kita akan bertambah, (6) Menciptakan lingkungan pergaulan yang tidak sehat, (7) Membentuk sifat hedonism pada anak. Misalnya ketika keluar gadget terbaru yang lebih canggih maka mereka akan meminta untuk dibelikan kepada kepada orang tuanya, (8) Anak kita sulit diawasi, aktivitas yang biasa mereka lakukan misalnya belajar, makan, salat, dan lainnya.

Ketiga, maraknya penggunakan media sosial. Media sosial adalah sebuah wadah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Karena seseorang bisa online kapanpun dia mau. Hampir semua kalangan menggunakan media sosial. Mulai dari anak-anak hingga remaja pun dapat melihat sebuah konten yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh kalangan remaja dan anak-anak.
Bagi remaja, menggunakan media sosial tentu menjadi sebuah keharusan, bahkan budaya. Banyak remaja dan pelajar yang hanya bermain dengan media sosial dapat menghasilkan uang, menjadi seorang influencer, bahkan seorang selebriti. Namun hal ini juga mengkhawatirkan, karena banyak orang yang tidak dapat lepas dari gadget dan media sosialnya.
Problematika pelajar generasi milenial dalam kehidupan sosialnya yang dibahas dalam hal ini, berkaitan dengan gaya hidup yang berbahaya, kecanduan HP, dan maraknya penggunaan media sosial. Tentunya contohnya tidak hanya ini saja, tetapi masih banyak contoh-contoh problematika generasi milineal yang lainnya.

Generasi milenial cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi milenial hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonism. Dalam kehidupan generasi milenial yang selalu bersinggungan dengan gadget sebenarnya akan lebih memudahkan mereka melakukan berbagai hal, hanya saja masih banyak kaum milenial yang kurang bijak dalam menggunakan teknologi yang ada. Sehingga tidak dapat memanfaatkan peluang yang tersedia di dalamnya.

Ditulis oleh : Lailatul Bariroh, M.Pd (Guru Bahasa Indonesia)
Artikel telah dimuat di Malang Post tanggal 25 Desember 2019
Artikel juga telah dimuat secara online di website Malang Post dengan judul “Problematika Pelajar Generasi Milenial”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.